Menu

REVISI ANALISIS JURNAL III

ANALISIS JURNAL III
TEMA : KEMISKINAN DI INDONESIA

JUDUL
Jurnal 1 : MENANGGULANGI KEMISKINAN DI KOTA CILEGON
Jurnal 2 : KEMISKINAN DAN EKONOMI RAKYAT YOGYAKARTA
Jurnal 3 :
KRISIS MONETER DAN KEMISKINAN DI SRIHARJO 

 

PENGARANG
Jurnal 1 : Mubyarto, 2002
Jurnal 2 : Mubyarto, 2002
Jurnal 3 : Yulius Setiawan Bulo, 2002

LATAR BELAKANG MASALAH

1. Fenomena

Jurnal 1 :
4 Kecamatan di Kota Cilegon tingkat kemiskinan, yaitu rasio jumlah keluarga pra KS dan KS I dari total KK adalah sebagai berikut:



Jurnal 2 :
Propinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) adalah propinsi terkecil di Jawa dengan penduduk hanya 3,1 juta jiwa (2000). Pada akhir dekade enam puluhan propinsi ini dikenal sebagai propinsi ”termiskin” No.3 dari bawah sesudah propinsi NTT dan NTB, karena 47% wilayahnya yaitu kabupaten Gunungkidul, merupakan wilayah tandus. Sebagian besar kabupaten Gunungkidul, kabupaten Kulonprogo, dan sebagian kecil wilayah kabupaten Bantul adalah daerah kering yang tidak berpengairan
Jurnal 3 :
Krisis Moneter (Krismon) 1998-1998 terjadi maka secara statistik jumlah penduduk Indonesia yang termiskinkan mengalami peningkatan. Angka kemiskinan absolut dan relatif penduduk Indonesia meningkat. Tetapi yang perlu dicatat adalah bahwa ternyata dampak krismon di perdesaan tidaklah separah yang dirasakan di perkotaan Indonesia.

2.Penelitian Sebelumnya

Jurnal 1 :
Secara keseluruhan PDRB Cilegon selama 1999-2001 sudah tumbuh rata-rata 5,79% dan tahun 2001 bahkan sudah 7,43%, dua kali lebih tinggi angka pertumbuhan rata-rata nasional.
Jurnal 2 :
Pada tahun 1973 David Penny dan Masri Singarimbun menerbitkan hasil penelitiannya di Sriharjo, Imogiri, Bantul, tentang kemiskinan dan tekanan penduduk dalam bentuk monografi di Cornell University berjudul Population and Poverty in Rural Java: An Economic Arithmetic from Sriharjo.
Jurnal 3 :
Desa Sriharjo yang hampir 90% lahannya diusahakan sebagai sawah dan ladang dengan perbandingan 45% sawah ditanami padi dan 45% ladang ditanami palawija, atau ketela, mengalami kemajuan dalam pemberdayaan pertanian dan kegiatan perekonomiannya berkat adanya kelompok-kelompok keuangan mikro yang beroperasi. Masri Singarimbun dan David H. Penny (1989) melakukan penelitian di desa Sriharjo dan obyek utamanya adalah dusun Miri.

3. Motivasi Penelitian

Jurnal 1 :
mengetahui faktor yang menyebabkan peranan lembaga bank yang banyak menciut dan sektor keuangan non-bank menjadi sangat penting.

Jurnal 2 :
Berdasarkan penelitian  David Penny dan Masri tentang kemiskinan dan tekanan penduduk dalam bentuk monografi, maka penelitian tentang faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan di daerah yogyakarta merupakan motivasi penelitian ini.

Jurnal 3 :
Mengetahui penyebab dan penanggulangan krisis moneter dan kemiskinan di Sriharjo.

TUJUAN

Jurnal 1 :
Menjalankan lebih baik lagi program-program penanggulangan kemiskinan di kota cilegon yang menggunakan laba BUMN yang tidak sulit dimanfaatkan dan bila dikelola dengan cara yang sama semata-mata untuk kesejahteraan masyarakat.
Jurnal 2 :
Menjadikan agar pembangunan ekonomi di Yogyakarta lebih berhasil sesuai dengan visi misi Yogyakarta yang  menomorsatukan pembangunan sosial.
Jurnal 3 :
memperbaiki kondisi pemenuhan kebutuhan primer, sekunder, dan tertier agar Sriharjo terlepas dari kategori kota miskin untuk kesejahteraan masyarakat setempat.

METODE PENELITIAN

Jurnal 1 :

1. Data

2.       Variabel
Jika PDRB per kapita Kota Cilegon tahun 2001 mencapai Rp 25,5 juta yang tumbuh rata-rata 13,5% per tahun selama 1999-2001, kiranya sukar dimengerti jika masih ada penduduk yang hidup miskin. Jika garis kemiskinan Kota Cilegon adalah kira-kira Rp 150.000 per bulan, maka PDRB per kapita Rp 2,13 per bulan jelas sekali lebih tinggi disbanding garis kemiskinan.
3.       Tahapan Penelitian.
Program penanggulangan kemiskinan pertama yang bersifat nasional adalah program IDT sampai penggunaan laba BUMN
4.       Model Penelitian
Menggunakan distribusi persentasi PDRB

Jurnal 2 :

1. data

2. Variabel


3.       Tahapan Penelitian :
program BIMAS (bimbingan massal) intensifikasi padi (bahkan juga palawija), juga terutama karena petani memberikan tanggapan sangat positif terhadap program pemerintah ini. Program Bimas mencakup 5 upaya (Panca Usaha) yaitu: (1) penggunaan bibit unggul, (2) pemupukan dengan pupuk kimia, (3) pemberantasan hama dan penyakit dengan obat-obatan; (4) pengairan, dan (5) cara bercocok tanam yang baik dan benar.
4.       Model Penelitian :
Yogyakarta mengadopsi teknologi baru yang memungkinkan peningkatan produksi padi secara menyakinkan, sehingga propinsi ini meskipun luas sawahnya yang beririgasi relatif sempit, dapat mengatasi masalah pangan penduduknya.

Jurnal 3 :
1.       Data
Menurut pendataan penduduk terakhir yang dilakukan oleh aparat dusun Mojohuro, desa Sriharjo, yaitu sampai dengan Oktober 2001, terdapat 194 KK dengan jumlah warga 884 jiwa. Adapun kelompok pekerjaan atau mata pencaharian mereka bisa dibagi menjadi beberapa kelompok utama, yaitu: tani atau buruh tani, buruh bangunan, wiraswasta (toko kelontong), PNS, dan ada juga 23 orang yang menjadi TKI ke luar negeri. Adapun fasilitas pendidikan yang terdapat di dusun Sriharjo adalah TK (2 buah), SD (3 buah), SMP di dusun Jati, dan SMU di Imogiri.
2.       Variabel
Desa Sriharjo yang hampir 90% lahannya diusahakan sebagai sawah dan ladang dengan perbandingan 45% sawah ditanami padi dan 45% ladang ditanami palawija, atau ketela, mengalami kemajuan dalam pemberdayaan pertanian dan kegiatan perekonomiannya berkat adanya kelompok-kelompok keuangan mikro yang beroperasi. Masri Singarimbun dan David H. Penny (1989) melakukan penelitian di desa Sriharjo dan obyek utamanya adalah dusun Miri. Penelitian itu bisa digunakan sebagai pembanding dalam melihat bagaimana penduduk desa menanggulangi kemiskinan mereka. Dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa terlihat adanya hubungan yang positif antara pasarisasi dengan peningkatan taraf hidup penduduk Sriharjo.
3.       Tahapan Penelitian
mengacu pada pemenuhan standar kebutuhan hidup normal dan layak
4.       Model Penelitian
membandingkan data desa Sriharjo dengan Desa tetangga lainnya yang termasuk kategori Desa miskin.

HIPOTESIS

Jurnal 1 :
PDRB per kapita kemungkinan tidak dapat dijasikan ukuran pasti untuk mengukur kemakmuran masyarakat.
Jurnal 2 :
Peningkatan ekonomi di DIY kemungkinan akan berhasil karena kualitas manusia atau SDM yang diukur antara lain dari indek harapan hidup, indek pendidikan, dan indek daya beli, dapat menjadi ukuran keberhasilan atau kegagalan program-program pembangunan, baik yang datang dari pemerintah maupun yang dikembangkan masyarakat sendiri.

Jurnal 3 :
kemungkinan perekonomian desa Sriharjo sekarang disebabkan oleh masih adanya dampak dari krisis moneter masa lalu.

HASIL DAN ANALISIS

Jurnal 1 :
PDRB per kapita tidak dapat dijadikan ukuran kemakmuran penduduknya karena harus diketahui bagaimana pembagian PDRB atau pendapatan regional dibagi kepada penduduknya.Selain itu, PDRB yang merupakan nilai total barang yang diproduksi suatu daerah dalam 1 tahun belum tentu barang dan jasa tersebut dinikmati penduduk setempat karena modal/investasi khususnya di sektor pengolahan (manufaktur) berasal dari luar daerah, maka setiap tahun kecenderungan dari investasi tersebut juga dibawa ke luar di kirimkan kepada pemilik perusahaan yang bersangkutan.

Jurnal 2 :
Jika peninjau dari luar negeri ingin belajar dari Indonesia tentang cara-cara menyusun kebijaksanaan dan program-program penanggulangan kemiskinan, maka DIY dapat dijadikan kasus menarik. Propinsi ini, sebagai ”Daerah Istimewa” memang mampu mengetengahkan fakta dan data empirik bagaimana kemiskinan materiil tidak perlu dijadikan alasan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM). Peningkatan SDM di Yogyakarta tidak menunggu setelah pembangunan ekonomi berhasil. Justru sebaliknya pembangunan sosial melalui tindakan bersama (collective action) dan melalui pembangunan pendidikan dan kesehatan, telah berhasil menjadikan orang Yogya ”berumur panjang” dan bertenaga beli tertinggi di Indonesia. Tenaga beli yang tinggi tidak harus berarti orang Yogya berpendapatan tinggi, tetapi yang justru lebih tangguh, orang Yogya mampu memproduksi barang dan jasa dengan biaya produksi lebih rendah. Dan biaya produksi rendah (low cost economy) bertolak belakang dengan “ekonomi biaya tinggi” (high cost economy)

Jurnal 3 :
Dampak krismon terasa sekali dalam hal tingkat inflasi. Namun hal tersebut tidak begitu menjadi masalah karena sebenarnya perekonomian perdesaan tidak secara langsung terkait dengan luar negeri. Serta kecenderungan pola ekonomi pedesaan adalah semi subsisten, dan hal ini merupakan kekuatan bagi masyarakat perdesaan dalam bertahan di saat krisis moneter.

REKOMENDASI DAN IMPLIKASI

Jurnal 1 :
Dalam otonomi daerah dan sistem pemerintahan yang desentralistis, program penanggulangan kemiskinan adalah “urusan daerah” dengan berbagai prakarsa harus diambil oleh daerah sendiri. Namun yang perlu diperhatikan Pemda, seyogyanya tidak khawatir mengenai kemampuan penduduk miskin sendiri mengelola dana yang dipercayakan dan dijadikan milik mereka

Jurnal 2 :
Dalam kaitan thesis Hernando De Soto tentang modal yang mati (dead capital) dalam bukunya yang sedang laris The Mystery of Capital, modal orang Yogya tidak mati, tetapi orang Yogya mampu memanfaatkan modal mati ini menjadi modal sosial yang hidup karena ditanamkan pada diri anak-anak sebagai investasi manusia (human investment). Pembangunan sosial adalah pembangunan ekonomi, kata Nancy Birdsall dari Bank Dunia.

Jurnal 3 :
Adanya kemampuan untuk mengidupkan secara mandiri sektor perekonomian desa Sriharjo secara swadaya merupakan bukti nyata peran kelompok-kelompok lembaga keuangan mikro yang turut berperan sebagai mediator pengembangan aktivitas perekonomian di pedesaan.

SUMBER


Ekonomi rakyat

Arsyad, Lincohn., Memahami Masalah Kemiskinan di Indonesia: Suatu Pengantar, Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Indonesia, No. 1 Tahun VII, 1992, p.95-116.
Bank Indonesia, Kajian Ekonomi Regional DIY, Triwulan H, 2001,
Mubyarto, Membangun Sistem Ekonomi, BPFE Yogyakarta, 2000.
Mubyarto, Prospek Otonomi Daerah dan Perekonomian Indonesia Pasca Krisis Ekonomi, BPFE Yogyakarta, 2001.
Singarimbun, Masri., Perubahan-Perubahan Sosial-Ekonoini di Miri Sriharjo, Kemiskinan Peranan Sistem Pasar, David H. Penny, Ul Press, 1990.



Femmy Ferdiany
kelas : 3ea11
npm : 16209232

tugas diberikan oleh Pak Prihantoro

0 komentar:

Posting Komentar