BAB I
PENDAHULUAN
Konsumen menuntut tidak terbatas terpenuhi kebutuhan tetapi juga yang menjadi keinginannya. Peningkatan tersebut sejalan dengan perkembangan teknologi informasi yang memberikan kemudahan konsumen mengetahui, memahami, dan mempunyai banyak pilihan atas apa yang akan ia pilih dan kemudian terjadilah suatu proses pembelian.
EVALUASI ALTERNATIF SEBELUM PEMBELIAN
Pjilip Kotler mengemukakan, “Konsumen mempelajari merk-merk yang tersedia dan ciri-cirinya. Informasi ini digunakan untuk mengevaluasi semua alternatif yang ada dalam menentukan keputusan pembeliannya” (1998:170). Menurut Sutisna, “setidak-tidaknya ada dua kriteria evaluasi alternatif. Pertama adalah manfaat yang diperoleh dengan membeli produk dan Kedua adalah kepuasan yang diharapkan” (2001:22). Randall, Ulrich, dan Reibstein menegaskan, “ .... when evaluating the product, consumers takes into account the directly observable attributes of the products and the value of brands” (1998). Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, ketika berbagai alternatif telah di peroleh, konsumen melakukan evaluasi alternatif. Evaluasi alternatif tersebut keberadaannya disesuaikan berdasarkan konsumen dengan produk yang akan dibelinya.
Proses Pengambilan Keputusan Pada Konsumen
A. Setelah konsumen menerima pengaruh dalam kehidupannya maka mereka sampai pada keputusan membeli atau menolak produk. Pemasar dianggap berhasil kalau pengaruh-pengaruh yang diberikannya menghasilkan pembelian dan atau dikonsumsi oleh konsumen. Keputusan konsumen, tingkatan-tingkatan dalam pengambilan keputusan, serta pengambilan keputusan dari sudut pandang yang berbeda bukan hanya untuk menyangkut keputusan untuk membeli, melainkan untuk disimpan dan dimiliki oleh konsumen.
B. Konsep Keputusan
Keputusan adalah suatu pemilihan tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Bila seseorang dihadapkan pada dua pilihan, yaitu membeli dan tidak membeli tapi memilih membeli, maka dia ada dalam posisi membuat keputusan. Semua orang mengambil keputusan setiap hari dalam hidupnya tanpa disadari. Dalam proses pengambilan keputusan, konsumen harus melakukan pemecahan masalah dalam kebutuhan yang dirasakan dan keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dengan konsumsi produk atau jasa yang sesuai.
A. Setelah konsumen menerima pengaruh dalam kehidupannya maka mereka sampai pada keputusan membeli atau menolak produk. Pemasar dianggap berhasil kalau pengaruh-pengaruh yang diberikannya menghasilkan pembelian dan atau dikonsumsi oleh konsumen. Keputusan konsumen, tingkatan-tingkatan dalam pengambilan keputusan, serta pengambilan keputusan dari sudut pandang yang berbeda bukan hanya untuk menyangkut keputusan untuk membeli, melainkan untuk disimpan dan dimiliki oleh konsumen.
B. Konsep Keputusan
Keputusan adalah suatu pemilihan tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Bila seseorang dihadapkan pada dua pilihan, yaitu membeli dan tidak membeli tapi memilih membeli, maka dia ada dalam posisi membuat keputusan. Semua orang mengambil keputusan setiap hari dalam hidupnya tanpa disadari. Dalam proses pengambilan keputusan, konsumen harus melakukan pemecahan masalah dalam kebutuhan yang dirasakan dan keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dengan konsumsi produk atau jasa yang sesuai.
Ada empat sudut pandang dalam menganalisis pengambilan keputusan konsumen
- Sudut Pandang Ekonomis
Konsumen sebagai orang yang membuat keputusan secara rasional, yang mengetahui semua alternative produk yang tersedia dan harus mampu membuat peringkat dari setiap alternative yang ditentukan dipertimbangkan dari kegunaan dan kerugiannya serta harus dapat mengidentifikasikan satu alternative yang terbaik, disebut economic man. Tidak reatistis karena :
a. Manusia memiliki keterbatasan kemampuan, kebiasaan dan gerak.
Contoh : orang yang tidak terampil bersosialisasi akan cenderung malas berkomunikasi.
b. Manusia dibatasi oleh nilai-nilai dan tujuan.
Contoh : seseorang yang ingin sekali mengkonsumsi makanan enak tidak harus pergi ke kota, cukup mengkonsumsi makanan murah namun nikmat dan kebersihannya terjaga.
c. Manusia dibatasi oleh pengetahuan yang mereka miliki.
Tidak semua informasi mengenai produk bisa di pahami, kriteria evaluasi yang ingin mereka bentuk pun tidak akan setepat economic man. Konsumen tidak membuat keputusan yang rasional, tetapi keputusan yang memuaskan adalah keputusan yang cukup baik.
- Sudut Pandang Ekonomis
Konsumen sebagai orang yang membuat keputusan secara rasional, yang mengetahui semua alternative produk yang tersedia dan harus mampu membuat peringkat dari setiap alternative yang ditentukan dipertimbangkan dari kegunaan dan kerugiannya serta harus dapat mengidentifikasikan satu alternative yang terbaik, disebut economic man. Tidak reatistis karena :
a. Manusia memiliki keterbatasan kemampuan, kebiasaan dan gerak.
Contoh : orang yang tidak terampil bersosialisasi akan cenderung malas berkomunikasi.
b. Manusia dibatasi oleh nilai-nilai dan tujuan.
Contoh : seseorang yang ingin sekali mengkonsumsi makanan enak tidak harus pergi ke kota, cukup mengkonsumsi makanan murah namun nikmat dan kebersihannya terjaga.
c. Manusia dibatasi oleh pengetahuan yang mereka miliki.
Tidak semua informasi mengenai produk bisa di pahami, kriteria evaluasi yang ingin mereka bentuk pun tidak akan setepat economic man. Konsumen tidak membuat keputusan yang rasional, tetapi keputusan yang memuaskan adalah keputusan yang cukup baik.
Analisis Proses Pengambilan Keputusan Oleh Konsumen.
1. Sudut Pandang Pasif
Sudut pandang ini berlawanan dengan sudut pandang ekonomis, konsumen pada dasarnya pasrah pada kepentingan sendiri dan menerima secara pasif usaha-usaha promosi dari para pemasar. Konsumen dianggap sebagai pembeli yang impulsive dan irasional.
Kelemahannya adalah pandangan ini tidak mempertimbangkan kenyataan bahwa konsumen memainkan peranan penting dalam setiap pembelian yang dilakukan, baik dalam mencari informasi tentang berbagai alternative produk, maupun dalam menyeleksi produk yang dianggap akan memberikan kepuasan.
Sudut pandang ini berlawanan dengan sudut pandang ekonomis, konsumen pada dasarnya pasrah pada kepentingan sendiri dan menerima secara pasif usaha-usaha promosi dari para pemasar. Konsumen dianggap sebagai pembeli yang impulsive dan irasional.
Kelemahannya adalah pandangan ini tidak mempertimbangkan kenyataan bahwa konsumen memainkan peranan penting dalam setiap pembelian yang dilakukan, baik dalam mencari informasi tentang berbagai alternative produk, maupun dalam menyeleksi produk yang dianggap akan memberikan kepuasan.
2. Sudut Pandang Kognitif
Konsumen sebagai cognitive man atau sebagai problem solver. Kosumen merupakan pengolah informasi yang selalu mencari dan mengevaluasi informasi tentang produk dan gerai. Pengolah informasi selalu berujung pada pembentukan pilihan, terjadi inisiatif untuk membeli atau menolak produk. Cognitive man berdiri di antara economic man dan passive man, seringkali cognitive man punya pola respon terhadap informasi yang berlebihan dan seringkali mengambil jalan pintas, untuk memenuhi pengambilan keputusannya (heuristic) pada keputusan yang memuaskan.
Konsumen sebagai cognitive man atau sebagai problem solver. Kosumen merupakan pengolah informasi yang selalu mencari dan mengevaluasi informasi tentang produk dan gerai. Pengolah informasi selalu berujung pada pembentukan pilihan, terjadi inisiatif untuk membeli atau menolak produk. Cognitive man berdiri di antara economic man dan passive man, seringkali cognitive man punya pola respon terhadap informasi yang berlebihan dan seringkali mengambil jalan pintas, untuk memenuhi pengambilan keputusannya (heuristic) pada keputusan yang memuaskan.
3. Sudut Pandang Emosional
Menekankan emosi sebagai pendorong utama, sehingga konsumen membeli suatu produk. Favoritisme buktinya seseorang berusaha mendapatkan produk favoritnya, apapun yang terjadi. Benda-benda yang menimbulkan kenangan juga dibeli berdasarkan emosi. Anggapan emotional man itu tidak rasional adalah tidak benar. Mendapatkan produk yang membuat perasaannya lebih baik merupakan keputusan yang rasional.
Menekankan emosi sebagai pendorong utama, sehingga konsumen membeli suatu produk. Favoritisme buktinya seseorang berusaha mendapatkan produk favoritnya, apapun yang terjadi. Benda-benda yang menimbulkan kenangan juga dibeli berdasarkan emosi. Anggapan emotional man itu tidak rasional adalah tidak benar. Mendapatkan produk yang membuat perasaannya lebih baik merupakan keputusan yang rasional.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBELIAN
Proses keputusan pembelian menurut Philip Kotler (1998:170) terdiri dari lima tahap yaitu :
1. Pengenalan Kebutuhan
2. Pengenalan Informasi
3. Evaluasi Alternatif
4. Keputusan Pembelian
5. Pasca Pembelian
Buchari Alma menegaskan, “ .... setelah melakukan penilaian maka diambillan keputusan membeli atau tidak membeli”. (2002:59). Konsep dasar dalam pandangan Setiajatnika (1999:31) meliputi empat komponen sebagai berikut :
1. Keadaan dasar, yakni sekumpulan peristiwa yang mempengaruhi hasil keputusan.
2. Peluang yang berkaitan dengan keadaan dasar.
3. Sekumpulan kegiatan yang dilakukan oleh pengambil keputusan.
4. Sekumpulan manfaat dan biaya kombinasi keputusan dasar.
Menurut berbagai pendapat yang tertera diatas, dapat disimpulkan bahwa semua yang tertulis diatas dapat menunjukan bagaimana keputusan pembelian di peroleh. Konsumen melakukan kesimpulan dalam menjalankan pembelian.
Pembahasan tentang keputusan pembelian dapat lebih jelas kita pelajari dari sebuah model yang memberikan gambaran menyeluruh dari variabel-variabel penentu termasuk kegiatan-kegiatan konsumen dalam melakukan kesimpulan terbaiknya. Model Keputusan pembelian Schiffman dan Kanuk pada uraian sebagai berikut :
Input External Influence
Firm Marketing Efforts :
1. Product
2. Promotion
3. Price
4. Channels of distribution
1. Product
2. Promotion
3. Price
4. Channels of distribution
Social Cultural Environment :
1. Family
2. Informal Sources
3. Other noncomercial sources
4. Social class
5. Subcultural and culture
1. Family
2. Informal Sources
3. Other noncomercial sources
4. Social class
5. Subcultural and culture
Faktor-faktor dari luar yang terdiri dari bauran pemasaran dan faktor sosial. Bauran pemasaran untuk menjangkau, memberi informasi, dan mendorong keputusan pembelian konsumen. Faktor sosial budaya meliputi keluarga, sumber informal, sumber non komersial, kelas sosial, dan sub budaya memberikan pengaruh bagaimana konsumen menerima atau menolak pembelian produk.
Process Internal Influence
- Experince
- Psycological Field :
1. Motivation
2. Perception
3. Personality
4. Learning
5. Attitudes
1. Motivation
2. Perception
3. Personality
4. Learning
5. Attitudes
- Need recognition prepurchase search evaluation of alternatif
Proses keputusan pembelian dipengaruhi unsur psikologis yang menentukan tipe pembelian yang dibuat meliputi motivasi, persepsi, belajar, kepribadian, dan sikap.
a. Adanya kebutuhan
Kesenjangan antara keadaan faktual dengan keadaan yang dinginkan konsumen. Kebutuhan ini dapat dirasakan oleh konsumen berupa rangsangan dari luar maupun dari dalam, misalnya lapar dan haus.
b. Pencarian Informasi Pembelian
Informasi sangat diperlukan oleh konsumen untuk melengkapi hal apa saja yang konsumen tidak tahu. Bahkan informasi yang sama dapat mendukung daya kepercayaan konsumen terhadap produk apa yang akan dibeli dengan kata lain sebagai penguat keputusan pembelian.
c. Evaluasi alternatif
Seluruh perbandingan yang tertera atau yang telah didapat oleh konsumen sehingga dapat diambil suatu keputusan yang terbaik.
Output
1. Trial
2. Repeat purchase
3. Post purchase evaluation
Perilaku setelah pengambulan keputusan yang terdiri dari perilaku pembelian dan evaluasi setelah pembelian.
a. Pembelian
Terdiri dari dua macam, yakni :
Terdiri dari dua macam, yakni :
1. Pembelian coba-coba
Pembelian coba-coba merupakan awal dari konsumen melakukan hubungan dengan produk maupun organisasi.
2. Pembelian Ulang
Pembelian ulang merupakan proses berkelanjutan yang merupakan bentuk kepercayaan konsumen ataupun kepuasan yang telah diperoleh dari pembelian awal suatu produk tersebut.
b. Evaluasi Setelah Pembelian
Penilaian pembelian yang telah dilakukan dari terpenuhinya kebutuhan, keinginan dan harapan. Penilaian ini menimbulkan rasa puas atau tidak puas konsumen yang memberikan pengaruh terhadap tindakan konsumen selanjutnya terhadap produk sebagai umpan balik selanjutnya dari suatu pengalaman dari suatu pembelian.
Model keputusan pembelian menunjukan tiga klasifikasi, yaitu input, proses, dan output. Input yang menentukan proses yang kemudian menghasilkan output berupa pembelian. Proses yang meliputi variabel pembuat keputusan, unsur psikologis, pengalaman berlangsung dalam diri konsumen ditentukan input yang bersumber dari luar individu.
Model keputusan pembelian menunjukan tiga klasifikasi, yaitu input, proses, dan output. Input yang menentukan proses yang kemudian menghasilkan output berupa pembelian. Proses yang meliputi variabel pembuat keputusan, unsur psikologis, pengalaman berlangsung dalam diri konsumen ditentukan input yang bersumber dari luar individu.
Kesadaran Konsumen Terhadap Kebutuhan dan Keinginannya
Tipe-tipe Pencarian Informasi yang dilakukan konsumen.
a. Pencarian informasi pra pembelian
Determinan :
- keterlibatan dalam pembelian
- Lingkungan pasar
- Faktor-faktor situasional
Motif pencarian :
membuat keputusan pembelian yang lebih baik.
Hasil yang diharapkan :
- Meningkatkan pengetahuan atas produk dan pasar.
- Meningkatkan hasil pembelian yang memuaskan
b. Pencarian Informasi terus menerus
Determinan :
- keterlibatan dalam pembelian
- Lingkungan pasar
- Faktor-faktor situasional
Motif pencarian :
Membangun bank informasi untuk digunakan pada masa mendatang untuk sarana bersenang-senang.
Hasil yang diharapkan :
- Mempengaruhi orang lain
- Meningkatkan kepuasan
- Meningkatkan pengetahuan atas produk dan pasar.
SUMBER DAYA KONSUMEN DAN PENGETAHUAN
a. Sumberdaya Ekonomi
Potensi sumberdaya ekonomi atau lebih dikenal dengan potensi ekonomi pada dasarnya dapat diartikan sebagai sesuatu atau segala sesuatu sumberdaya yang dimiliki baik yang tergolong pada sumber daya alam (natural resources/endowment factors) maupun potensi sumber daya manusia yang dapat memberikan manfaat (benefit) serta dapat digunakan sebagai modal dasar pembangunan (ekonomi) wilayah tingkat ketergantungan terhadap sumber daya secara struktural harus bisa dialihkan pada sumber daya alam lain. Jenis sumber daya ini pada dasarnya meliputi sumber daya alam yang mensuplai energi seperti minyak, gas alam, uranium, batubara serta mineral yang non energi misalnya : tembaga, nikel, aluminium, dan sebagainya.
Sumber daya alam jenis ini adalah sumber daya alam dalam jumlah yang tetap berupa deposit mineral (mineral deposits) diberbagai tempat dimuka bumi. Sumber daya alam jenis ini bisa habis baik karena sifatnya yang tidak bisa diganti oleh proses alam maupun karena proses penggantian alamiahnya berjalan lebih lamban dari jumlah pemanfaatannya.
Sumber daya alam yang potensial untuk diperbarui (potentially renewable resources). Kategori sumber daya alam ini tergolong sumber daya alam yang bisa habis dalam jangka pendek jika digunakan dan dicemari secara cepat, namun demikian lambat laun akan dapat diganti melalui proses alamiah. Sumber daya alam ini keberadaannya harus dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam rangka untuk mendorong, mempercepat dan menunjang proses pembangunan wilayah (daerah). Namun demikian penting untuk diperhatikan aspek ketersediaan termasuk daya dukungnya terhadap mobilitas pembangunan daerah, karena apabila sumberdaya alam dengan 3 kategori ini dimanfaatkan dengan tidak bijaksana dan arif maka sudah barang tentu stagnasi dan kemunduran dinamika pembangunan ekonomi wilayah akan semakin cepat menjelma atau merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindarkan. Disamping komponen sumber daya alam, pada saat ini peranan sumber daya manusia (human resources) dalam konteks kegiatan pembangunan ekonomi termasuk pembangunan ekonomi daerah (wilayah) semakin signifikan. Faktor sumber daya manusia ini telah menghadirkan suatu proses pemikiran baru dalam telaah teori-teori pembangunan ekonomi, yang menempatkan sumber daya manusia sebagai poros utama pembangunan ekonomi baik dalam skala global, nasional maupun daerah. Strategi pembangunan ekonomi yang berbasis pada pengembangan sumberdaya manusia (human resources development) dianggap sangat relevan dan cocok dengan kondisi dan karakter pembangunan ekonomi terutama di negara-negara berkembang sejak era 80-an.
Strategi pembangunan ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang pakar perencanaan pembangunan ekonomi berkebangsaan Pakistan yang bernama Mahbub Ul Haq yang pada saat itu menjadi konsultan Utama United Nation Development Programme (UNDP). Mahbub Ul Haq berpendapat bahwa “pengembangan sumber daya manusia harus dijadikan landasan utama dalam kebijakan pembangunan ekonomi di negara-negara sedang berkembang, dan hal ini dianggap penting mengingat ketertinggalan negara-negara berkembang terhadap negara-negara industri maju dalam tingkat kesejahteraan ekonomi seperti kualitas dan standar hidup hanya akan dapat diperkecil manakala terjadi peningkatan yang sangat signifikan dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia”. Dari pola pemikiran seperti diatas maka takaran peranan sumber daya manusia dalam proses pembangunan ekonomi dalam konteks untuk mengurangi kesenjangan pembangunan ekonomi pada dasarnya harus dilihat dari aspek peningkatan kualitasnya. Dengan kualitas sumberdaya manusia yang semakin meningkat, akan dapat mendorong peningkatan produktivitas ekonomi sekaligus sebagai modal dasar untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Bagi kebayakan negara-negara yang tingkat pembangunan ekonominya sudah tergolong lebih maju, produktivitas sumber daya manusia secara teknis telah dijadikan sebagai instrumen terpenting untuk mempertahankan pencapaian laju pertumbuhan ekonomi, sekaligus dalam upaya untuk memperkuat basis struktural perekonomiannya. Dalam era globalisasi, kualitas sumber daya manusia yang handal akan sangat membantu suatu negara untuk memenangkan kompetisi atau persaingan dalam perekonomian global sekaligus dapat menjaga eksistensi negara tersebut dalam percaturan dan dinamika perekonomian dunia yang semakin kompetitif.
b. Sumberdaya Sementara
Sumber daya ini bersifat sementara. Dengan memahami perilaku konsumen akan keterbatasan sumber waktu dan uang.
c. Sumber daya Kognitif
Sumber daya yang memiliki kemampuan untuk merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental.
d. Pengetahuan Organisasi
Pengetahuan organisasi ini dimaksudkan untuk mencakup semua jenis skema untuk mengorganisir informasi. Istilah pengetahuan organisasi ini dimaksudkan untuk mencakup semua jenis skema untuk mengorganisir informasi dan mempromosikan manajemen pengetahuan.
e. Pengetahuan Konsumen akan Mempengaruhi Keputusan Pembelian
e. Pengetahuan Konsumen akan Mempengaruhi Keputusan Pembelian
Pengetahuan Konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk, serta pengetahuan lainnya yang terkait dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen.
- Pengetahuan Produk adalah kumpulan berbagai macam informasi mengenai produk.
- Pengetahuan ini meliputi kategori produk, merek, terminologi produk, atribut atau fitur merek produk, harga produk dan kepercayaan mengenai produk.
-
Jenis Pengetahuan Produk
1. Pengetahuan tentang karakteristik/atribut produk.
2. Pengetahuan tentang manfaat produk.
3. Pengetahuan tentang kepuasan yang diberikan produk kepada konsumen.
Contoh kasus :
Seorang Konsumen mengkonsumsi wortel karena telah diketahui bahwa secara pengetahuan wortel mengandung vitamin A yang dapat menyehatkan mata kita, maka untuk kesehatan mata konsumen tersebut , ia terus mengkonsumsi wortel.
Proses perkembangan
Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu.
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label “burung” adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung si anak.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.
Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Semakin banyaknya persaingan produk yang ada di Indonesia maka semakin banyak pula pertimbangan-pertimbangan yang harus kita analisis untuk melakukan pembelian, maka dari itulah kita harus cermat sebagai konsumen dalam memilih suatu produk sesuai dengan tuntunan teori yang telah dibahas diatas. Sedangkan sebagai produsen pun harus cermat dalam memahami kebutuhan konsumen, bukan hanya memikirkan profit semata namun bertindak sebagai produsen yang memiliki rasa dan naluri sebagai konsumen.
Kualitas sumber daya manusia yang semakin meningkat akan dapat mendorong peningkatan produktivitas ekonomi sekaligus sebagai modal dasar untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Seorang Konsumen akan melihat suatu produk berdasarkan kepada karakteristik atau ciri atau atribut dari produk tersebut. Setiap konsumen mungkin memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyebutkan karakteristik/atribut dari suatu produk. Hal ini disebabkan perbedaan pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan mengenai atribut tersebut akan mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen. Pengetahuan yang lebih banyak akan memudahkan konsumen dalam memilih produk yang akan dibelinya.
Saran
Lebih dilakukan peningkatan dimulai dari sumber daya alam maupun sumber daya manusia itu sendiri lebih tapatnya kepada pengetahuan sesuai dengan penjelasann diatas.